Memang menyenangkan sekali menjadi seorang anak perempuan yang mempunyai banyak teman akrab laki-laki, entah mengapa aku sangat senang dengan "social life" ku yang memang dari dulu begini.
Mungkin bukan aku saja yang berpikir akan hal itu, aku lebih suka mencurahkan isi hatiku pada teman akrab laki-laki ku, bukan berarti aku tidak pernah curhat kepada teman yang perempuan, hanya saja jarang.
Aku berumur 19tahun. Terima kasih Tuhan telah memberi ku kehidupan sampai sekarang, melewati berbagai masalah, suka & duka, aku masih bisa bertahan.
Aku menjalani kehidupanku seperti biasanya, bercanda tawa bersama teman-teman, pergi refreshing untuk melepas penat, dan masih banyak hal gila lainnya yang bisa aku lakukan bersama mereka.
Hingga tak terasa seiring waktu berjalan, aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku. Aku jatuh cinta pada seorang lelaki bernama Lukman.
Lukman adalah orang yang pernah aku temui di pesta ulang tahunku, Nanda. Aku tertarik padanya, sungguh tertarik. Bola matanya yang berwarna kebiruan, senyumnya yang manis dan lesung pipitnya yang dalam, tinggi badannya yang sesuai, aku benar-benar jatuh cinta padanya.
Jatuh cinta? Semua orang pernah mengalaminya, itu hal biasa.
Aku ingin mengenal seorang Lukman lebih dalam, aku mencoba untuk menjadi stalker-nya di media sosial.
Akhirnya aku tau semua tentang dia, dari siapa saja nama mantannya, musik kesukaannya, sahabat-sahabatnya, hal apa yang dia benci&suka, bahkan adik dan kakaknya pun aku tau.
OH ya! Lukman kuliah di universitas negeri dan aku kuliah di universitas swasta. Kampus kami tidak terlalu jauh.
----------------------------------------------------------------------------------------
Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku suka mencurahkan isi hatiku pada teman-teman akrabku yang cowok dibanding cewek.
Aku pun memanggil salah satu teman akrab ku atau bisa disebut juga sahabatku dari dulu sampai sekarang. Dani, namanya.
"Lo yakin mau ajak dia ketemuan? Lo yakin ini gak terlalu cepat?"
Aku mengkerutkan jidatku, dan memandang Dani. "emangnya salah ya kalo cewek ngajak ketemuan duluan? dan bukannya lebih cepat itu lebih baik?
Dani menepuk pundakku, dan tersenyum. "gak apa-apa kok, lakuin aja kalo menurut lo bagus. gue ngedukung lo aja, nanti kalo udah ketemuan ceritain ke gue ya!"
Setelah Dani mengatakan hal itu, dia langsung pergi meninggalkan aku sendirian.
Aku heran, apa Dani marah padaku karena tidak mau menuruti sarannya? Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja, aku pun melupakan hal itu dan langsung bergegas pulang.
3bulan setelah itu, aku dan Lukman menjadi sangat akrab. Kami sering jalan bareng, pokoknya menghabiskan waktu bersama.
Aku sangat senang sekali, aku merasa sangat nyaman bisa dekat dengannya.
Dalam hati aku berkata "ternyata usaha gue gak sia-sia".
Aku semakin cinta dengan Lukman, dan aku merasakan hal yang sama.
Selama 3 bulan aku dekat dengannya, dia selalu memberikan aku setangkai bunga mawar merah dan surat.
Di surat itu selalu bertuliskan:
"Cindy, have a good day! Don't let anyone or anything ruin your beautiful day. I hope you'll always smile, no more tears :)
From : someone who loves you.
PS : Kalo udah dapet ini, gak usah diomongin lagi ya. Disimpan aja!"
Aku mendapatkan bunga yang ke 100 pada akhirnya. Sebenarnya aku kesal, isi surat itu sama semua, dan begitu juga bunganya. Aku ingin bertanya pada Lukman untuk apa dia memberikan aku mawar dan surat selama ini? tetapi tidak boleh dibahas lagi jika kita bertemu? bukankah itu hal yang aneh?
Aku segera mengajak Lukman pergi dengan alasan ingin membicarakan suatu hal yang penting.
Lukman menolak, dia bilang bahwa dia punya urusan yang jauh lebih penting dan itu harus segera dilakukan.
Aku tau aku bukan siapa-siapanya, lalu yang hanya dapat aku lakukan hanya DIAM.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah 1 minggu aku dan Lukman tidak bertemu. Aku merasakan hal yang aneh pada dirinya. Kami jadi jarang berkomunikasi, entah apa yang terjadi pada dirinya.
Tidak biasanya dia seperti ini, dan sepertinya aku tidak mempunyai salah padanya, selama ini hubungan kami baik-baik saja.
Di kampus, aku terlihat sebagai seorang pemurung, penyendiri, tidak se-ceria biasanya. Bahkan aku lupa dengan teman-temanku karena sering jalan bersama Lukman.
Akhirnya aku beranikan diri untuk menyapa teman-temanku yang sedang berkumpul di kantin seperti biasanya.
"Hei guysss! Long time no see hahaha."
Mereka menatapku tajam, mereka hanya diam. Aku menjadi canggung dan bingung saat itu juga. Mungkin perasaanku memang benar, aku dianggap melupakan mereka.
Salah satu temanku bernama Rossa langsung berdiri dan menunjukku pas depan muka. "kita pikir lo udah mati, masih hidup ya gak taunya?"
Aku kesal dengan perkataannya yang kasar, dan sikap dia menunjukku depan muka dengan matanya yang tajam menatapku, ku ambil gelas lalu ku siram mukanya dengan es teh yang ada di meja. "selow dikit woy kalo bicara! gue kan baik-baik nyapa lo semua!"
Suasana langsung menjadi heboh karena aku dan Rossa berkelahi disana, hingga mereka semua sibuk melerai kami.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi dari kantin, dan langsung pulang ke rumah.
Tetapi baru beberapa langkah aku jalan ke luar, Andre teman akrabku langsung menarik tanganku. Dia mengajak ku untuk duduk berdua di suatu tempat.
"Lo beda Cin sekarang."
"Kenapa ndre? Gue kan datang baik-baik."
"Iya gue tau lo datang baik-baik, tapi apa lo tau selama ini..."
"Kenapa? Gue sombong? Gue ngelupain lo semua? Bukan gitu maksud gue ndre, gue cuman pengen nikmatin hari-hari gue sama Lukman."
"Iya lo sombong! lo terlalu sayang kan sama Lukman sampe lo lupa sama sahabat-sahabat sendiri. Termasuk gue, apa pernah selama ini lo mau ngumpul lagi sama gue, bahkan duduk berdua begini, pernah cin? GAK KAN?!"
"Maafin gue ndre, gue emang terlalu sibuk sama Lukman. Maafin gue sekali lagi.. Gue cuman....."
"STOP cin! Percuma lo minta maaf, semua sudah terjadi."
"Maksudnya ndre?"
Andre menghela napas panjang, tangannya bergemetar.
"Gini loh Cin, gue tau kenapa lo berani nyapa kita-kita lagi. Lo dicuekin kan sama Lukman? Lukman udah jarang kan komunikasi sama lo?"
"Hah? Lo tau darimana gue udah jarang komunikasi sama dia, Ndre?"
"Yah logika aja.."
"Please jangan bohong, Ndre! Gue tau lo, lo tau gue. Kita sama-sama tau, 5 tahun lo udah jadi sahabat gue, dan gue liat lo nyembunyiin sesuatu, cepet bilang ndre..."
"Cin, Lukman itu gak sebaik yang lo kira. Seminggu yang lalu dia masuk penjara karena udah hamilin anak orang. Dan lo tau? selama 3 bulan dia deket sama lo, dia cuman manfaatin lo karena dia kesepian pacar aslinya ada di singapore"
Aku tercengang. Aku merasakan detak jantungku berhenti sesaat, air mataku tak terasa menetes. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menatap Andre.
Andre pun melanjutkan perkataannya.
"Maaf kalo ini buat lo terlalu sakit, tapi harus gue katakan. Secara Nanda itu temennya Lukman, dia tau semua tentang Lukman, dia cuman gak mau ganggu hubungan lo, dia biarin lo bahagia dengan Lukman, dia pikir Lukman udah berubah tapi ternyata masih sama aja. Oh yaaa, sebelum lo mau deketin Lukman, ada seseorang yang ngelarang lo buat deketin dia?"
"Dani..."
"Nah, asal lo tau. Dani itu lah cowok yang selalu ada buat lo. Dia yang ngirimin bunga dan surat buat lo setiap pagi melalui gue dan kawan-kawan laennya ke rumah lo, kenapa dia gak nganter sendiri? karena dia lagi sakit dan dirawat di rumah sakit dari 3 bulan lalu."
"Jadi... bunga dan surat itu bukan dari Lukman??!! Tapi dari Dani??!! Kenapa Dani ngelakuin itu ke gue?"
"Iya! dan bukan cuman itu aja. Lo inget waktu lo keujanan dan lo keabisan pulsa buat nelpon, lo cuman bisa sms ke orang-orang buat minta jemput, Dani yang lagi di rumah sakit langsung telpon bokap lo buat jemput lo, dia bilang sama bokap lo jangan bilang-bilang ke lo! Dia juga yang nyanyiin lagu happy birthday buat nyokap lo lewat telepon, bukan Lukman. "
Aku menangis keras di hadapan Andre, aku tidak menyangka ini semua.
"Cin, asal lo tau lagi, setiap lo curhat tentang cowok sama dia apalagi tentang Lukman, hatinya itu perih banget. Dia cuman pengen ada buat lo, dia gak mau lo jauh dari dia, tapi nyatanya lo terlalu sibuk sama Lukman dan lupa sama kita semua termasuk sama Dani. Sampe Dani sakit juga lo gak tau kan? Hepatitis loh Cin.."
"DIMANA DANI SEKARANG?! BAWA GUA KESANA NDRE!"
--------------------------------------------------------------------------------------------
Aku melihat Dani terbaring lemas. Wajahnya pucat.
"Dan, ni gue bawa Cindy kesini. Bangun dong.." Andre memegang lengan Dani.
Dani pun terbangun, dan merasa kaget melihat aku ada di depan matanya, mulutnya ingin berbicara tapi tak sanggup.
"Maafin gue ya Dan, gue terlalu sibuk sama Lukman sampe lupa sama kalian, apalagi sama lo. Maafin gue ya Dan..."
Dani tersenyum. Lalu menangis. Aku pun segera mengusap air matanya, dan tak terasa aku pun menangis juga.
Andre permisi untuk keluar, dia meninggalkan kami berdua disana.
Aku memegang tangannya Dani erat-erat, genggaman yang begitu beda, seperti tanda tak ingin berpisah.
"Dan, boleh tidur gak disamping lo? ngantuk nih hehe."
Aku mencoba untuk mengajaknya bercanda, dia tersenyum sambil mengangguk pelan.
Aku merebahkan kepalaku di tangannya, aku menangis sambil mengajak Dani bicara.
"Dan, cepet sembuh ya. Gue gak pengen lo jauh lama-lama dari gue. Lo harus kuat kayak dulu lagi, ketawa-ketawa sama gue, kalo gue ngakak selalu lo ikutin, kalo gue lari lo kejer-kejer kayak mau nangkep maling. Makasih ya Dan buat bunga dan suratnya, ucapan happy birthday buat nyokap gue, dan sejuta perhatian lo selama ini, lo lebih dari sahabat gue, kenapa ya gue baru nyadar sekarang, gue terlalu bego, terlalu nggak peka, sekarang gue mau ngungkapin semuanya sama lo. Sebenernya sebelum gue mau kenalan sama Lukman, gue sempet mikir 2x karena gue mikir gue gak bisa milikin lo, gue udah anggep lo sahabat gue, dan gue mikir kita gak bisa lebih dari sahabat, gue berusaha untuk move-on, tapi mungkin cara gue yang emang salah. Maafin gue sekali lagi, gue terlalu malu untuk ngungkapin yang sebenernya, gue cuman mau lo selalu ada di samping gue, Dan... jangan tinggalin gue ya."
Dani diam, matanya tertutup.
Ternyata Dani tidur, tidur untuk selamanya.
Aku menangis sejadi-jadinya, sampai akhirnya Andre masuk dan langsung memeluk ku.
Aku berteriak, aku belum bisa merelakan Dani.
Seakan-akan aku sedang bermimpi di malam hari, mimpi buruk.
Dani sudah tenang,
Dani pasti juga sudah tau bahwa aku menyayanginya.
Thanks for reading. Just one conclusion that we can take from this short story.
Don't be shy to tell that you love them, Don't take much time to say, before it's too late and the regret will come to you soon. There's no an obstacle if you really have the desire.
Maria Angelica L.