Saturday 13 June 2015

Muak.

27 Desember, 2013.

Tahukah engkau mengapa aku begitu bahagia hari ini? 
Tahukah engkau mengapa tidak ada air mata hari ini?
Tahukah engkau mengapa senyum ini selalu terukir di wajahku hari ini?
Tahukah engkau mengapa aku sampai tidak sempat melirik handphone ku hari ini?
Tahukah engkau mengapa aku sampai lupa mengingat hal lain hari ini?


Tahukah engkau bahwa jawabannya adalah KAMU?
Tahukah engkau?
Tahukah engkau?
Tahukah engkau?

Terima kasih untuk segala yang kamu berikan untuk aku.
Terima kasih untuk pundak yang selalu bersedia disandarkan dengan kepala ini.
Terima kasih untuk segala nasihat ketika aku penuh dengan amarah.
Terima kasih untuk pelukan yang hangat ketika aku menangis.
Terima kasih untuk kecupan di kening sebelum kita berpisah walau hanya untuk sementara.
Terima kasih untuk genggaman tanganmu yang seolah-olah tidak rela melepaskanku.
Terima kasih untuk petikan gitar yang indah hingga membuatku terpukau.
Terima kasih untuk waktumu yang begitu berharga.
Terima kasih untuk canda tawamu yang mampu menyinari hari-hariku.
Terima kasih.
Aku bahagia, khususnya hari ini.


Begitulah buku harianku, yang ku tulis pada tanggal 27 Desember, 2013.
Tidakkah kalian tahu betapa bahagianya aku pada waktu itu?
Aku sangat bahagia..
Hingga aku lupa bahwa dia bisa pergi suatu saat.


Berhari-hari aku jalani hidupku tanpa seorang "dia". Aku percaya aku lebih kuat hari ini.
Tapi terkadang kepercayaan itu bisa pudar dihancurkan oleh perasaan.
INGIN AKU BERTERIAK!
INGIN AKU MENANGIS!
TAPI APA GUNANYA?
APA?
APA KALIAN BISA JELASKAN GUNANYA UNTUK MELAKUKAN ITU?
Aku pun tidak bisa..


Aku pernah mencintai seseorang, aku menyayanginya lebih dari diriku sendiri. Bahkan menaruh kepercayaan penuh beribu-ribu persen kepadanya. Tapi apa yang aku dapat? Sebilah kekecewaan? Jadi ini balasannya? 

AKU MUAK!
AKU MUAK DENGAN AIR MATA.
AKU MUAK DENGAN SEMUA KATA YANG PERNAH DIA UCAPKAN.
AKU MUAK DENGAN LAGU-LAGU CINTA. 
Tapi aku tidak bisa berhenti untuk mendengarkannya.

Dia adalah seseorang yang selalu aku banggakan kepada teman-temanku.
Dia adalah topik utama saat aku bercengkrama dengan teman-temanku.
Tapi, kenapa kenyataan ini tidak bisa aku terima sampai sekarang?
Aku ditinggalkan,
Dan aku sendiri disini,
Tidakkah dia merasakan apa yang aku rasakan?

.....................................................................................................................................................................


" Alvina, cepat turun! Mama sudah lama menunggu kamu di bawah. Kita jadi pergi gak sih? "

" Ah iya! Jadi kok, Ma! Tunggu sebentar..."

Sekarang aku baru tersadar dari lamunanku karena teriakan mama dari bawah. Itu berarti aku memikirkannya lagi dan lagi.
Sungguh sakit untuk menghadapi kenyataan seperti ini, kenapa dia harus hadir jika ingin pergi?
Seandainya dia tahu bahwa hanya dia lah yang mampu membuat aku hingga seperti ini.

Dan seandainya Tuhan mempertemukan kami kembali, aku hanya ingin mengatakan sesuatu untukknya.

AKU TIDAK PERNAH MENYESAL MENGENALMU. KARENA KAMU, AKU PERNAH MERASA DICINTAI SETINGGI INI, DAN DIJATUHKAN SEDALAM INI, TERIMA KASIH

No comments:

Post a Comment